Jumat, 02 Maret 2012

Tumor ovarium kista

 

Apakah kista ovarium itu?

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Gejala-gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila Anda mempunyai kista ovarium:
-  Perut terasa penuh, berat, kembung
-  Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
-  Haid tidak teratur
-  Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha.
-  Nyeri sanggama
-  Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:
-  Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
-  Nyeri bersamaan dengan demam
-  Rasa ingin muntah.
Salah satu alternatif untuk penyembuhan tumor ovarium kista dengan konsumsi jelly gamat, simak kisah nyata berikut :
Teripang sang Penumpas Kista : Kisah Nyata –Sumber Majalah TRUBUS 447 – Februari 2007
Rosadiah tak habis pikir, keinginannya menambah anak justru berujung penderitaan. Kista, kini berada dalam rahimnya. Entah bagaimana daging itu bisa bertandang di tubuh wanita berusia 31 tahun itu. Apalagi pertumbuhan penyebab kanker itu cukup pesat, enam sentimeter dalam satu bulan. “Jika berbulan-bulan pasti membesar,” kata Diah.
Kenangan pahit itu bermula pada medio 2006. Ketika itu Diah dan suami, Cahyo, sepakat menambah keturunan setelah Angela -anak pertamanya- tumbuh semakin besar dan ingin memiliki seorang adik. Setelah berkonsultasi dengan ahli ginekologi dan obstetri, Diah diharuskan mengkonsumsi obat penyubur rahim untuk mempercepat kehamilan. Obat itu diminum satu tablet sehari. Betapa girangnya Diah, ketika siklus menstruasi yang seharusnya datang sebulan kemudian, tak juga kunjung tiba. Ia berhati-hati menjaga perut dari benturan apa pun.
Namun, kenyataan berkata lain.Tiga hari setelah siklus menstruasi lewat, Diah jatuh dari tempat tidur. Flek kecoklatan mengalir dari rahimnya. Takut terjadi hal yang tak diinginkan, ia langsung berkonsultasi ke ahli medis. Urine diperiksa untuk mengetes kehamilan. “Hasilnya negatif”, kata wanita kelahiran 4 Januari 1975 itu.
Kista
Diah yakin hari-hari sebelumnya janin pernah tumbuh di perut. Tak mau ada daging tertinggal, Diah menjalani pemeriksaan ultrasonografi (USG). Layar monitor menunjukkan ada gumpalan berukuran 6 cm di dalam tuba fallopinya. Ketika ahli medis memijat bagian tengah perut. Diah merasa nyeri tak tertahankan. Pun ketika tangan dokter menyentuh bulatan sebesar ibu jari di dalam rahim. Hal itu meyakinkan dalam tubuh Diah bersarang kista.
Kista merupakan rongga tertutup berisi cairan encer, kental, atau setengah padat yang dilapisi epitel. Sebetulnya kista kelainan yang dapat ditemukan di berbagai bagian tubuh, terutama di organ reproduksi seperti indung telur, leher rahim, dan rahim. Menurut dr Sidi Aritjahja herbalis di Yogyakarta, kista adalah tumor kelenjar sehingga namanya tergantung letak kelenjar. Bila tumor ada di ovarium disebut kista ovarium; di ketiak, kista axial: di payudara, kista mame.
Dr Tagor Sidabutar. SpOG dari Rumah Sakit PGI Cikini, menuturkan, kista di kandungan berasal dari indung telur. Kista ovarium membahayakan karena menyerang dan mendesak sel telur. Kista menekan indung telur sehingga nyeri. Lalu timbul perlengketan dan pergesekan di usus dan menimbulkan nyeri.
Hingga kini penyebab kista belum diketahui. ‘”Dugaan sementara, karena faktor genetik. Bila orangtuanya ada kista atau tumor, kernungkinan ia terserang kista,” kata dokter alumnus University of Paris, Perancis itu. Makanan mengandung hormon dan kolsterol -makanan cepat saji kaya hormon estrogen- juga memicu kista endometriosis. Begitu pula kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mcngandung radikal bebas. Dampaknya, menurunkan antioksidan dalam tubuh sehingga imunitas berkurang.
Pola hidup juga memicu kista. Contohnya, merokok menyebabkan perubahan genetik dalam sel. Menurut Sidi, kista terjadi karena sumbatan dan peradangan. Akibat sumbatan kolesterol pada saluran tertentu, sel-sel tumor tumbuh di tempat itu. Jika karena peradangan pada sel kelenjar terjadi sekresi berlebih. Sayangnya, gejala tidak tampak pada fisik seseorang. Oleh karena itu kista kerap ditemukan secara kebetulan lewat pemeriksaan USG.
Gamat
Yang diderita Rosadiah adalah kista ovarium. Sejak muncul kepastian itu ia diharuskan meminum 2 tablet antibiotik setup hari. lika tablet itu tidak memperkecil kista. mau tak mau operasi pengangkatan tumor harus dilakukan sebelum menyebar menjadi kanker rahim.
Sang suami yang ikut merasakan penderitian langsung menceritakan kepada ibunya, Theresia Suyatmin perihal penyakit istri. Wanita kelahiran 55 tahun silam itu langsung teringat artikel Trubus tentang teripang yang menjinakkan tumor. Theresia langsung meminta Cahyo datang mengambil herbal itu ke rumahnya. “Saya lebih suka menggunakan herbal dibandingkan obat-obatan kimia,” ujar Theresia. Sebab, obat kimia cenderung berefek samping merugikan.
Awalnya Cahyo tak setuju istrinya. menenggak herbal. Maklum efektivitas pernyembuhan penyakit dengan herbal masih meragukan farmakolog di sebuah perusahaan farmasi itu. Lantaran ibunya yang menyodorkan, mau tak mau gamat -sebutan teripang di Malaysia- menjadi jalan menuju kesembuhan. Apalagi Diah sangat takut menghadapi peralatan medis di ruang operasi. Gamat pun rutin diminum dan antibiotik dicampakkan Dosisnya 2 sendok makan per hari.
Efek gamat mulai terasa sebulan kemudian. Saat siklus haid datang, mata Diah tak berkunang-kunang atau mual dan nyeri seperti biasanya. Bahkan. ia tahu “si tamu bulanan” sudah datang. Janji dengan dokter kandungan ditepatinya pada hari kedua haid. Perneriksaan dokter diawali dengan memijat perut Diah. “Tak terasa apa-apa, sakitnya sudah hilang,” kata Diah saat itu.
Lantas dokter memeriksa langsung menggunakan tangan. Ahli medis itu terkejut, kista sudah pecah sehingga tidak lagi diperolehnya. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan tumor di rahim tinggal 2 cm. Hal itu menggembirakan ibu satu anak itu. Sebab. Diah tak perlu melakukan operasi pengangkatan. Sang dokter pun menyarankan melanjutkan konsunisi teripang untuk menuntaskan kista.
Glikosida
Keampuhan gamat mengusir tumor dibuktikan oleh Jaime Rodriguez dari Facultad de Quimica. Universidad de Santiago de Compostela, Spanyol. Periset itu menguji khasiat teripang terhadap penumpasan sel kanker limpa P-388. A-549 (kanker paru-paru). HeLa (tumor rahim), dan B-18-Fl (melanoma).
Untuk mengetahui senyawa aktif yang berpengaruh, Jamie mengekstrak 300 teripang dalam metanol. Sehabis dikeringkan tersisa 79 ekstrak teripang bubuk. Ekstrak itu kemudian dimasukkan ke alat kromatografi. Diperolehlah 0.93 g glikosida. Glikosida merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tumbuhan bersifat antitumor dan antikanker.
Setelah dimasukkan ke alat rekromatografi DCCC, terlihat kandungan glikosida berupa 40 mg holothurinoside A ; 9 mg  holothurinoside B ;15 mg holothurinoside C ; 10 mg  holothurinoside D, dan 20 mg des-holothurin A. Kelima senyawa itulah yang terbukti efektif menggempur segala tumor.
Tong Y dari Divisi Farmakologi Antitumor, Shanghai Institute of Materia Medica, Chinese Academy of Sciences, Shanghai, China, menemukan senyawa antitumor lain yang disebut filinopsida A yang mencegah pembentukan pembuluh darah mikro baru atau angiogenesis pada set tumor. Penyuntikkan 2-10 mikroliter filinopsida A pada aorta tikus menyebakan set tumor tidak mendapat pasokan nutrisi sehingga urung berkembang dan mati.
Itulah yang terjadi pada Diah. Kista di rahininya semakin menciut lantaran tak mendapatkan makanan. Selain glikosida dan saponin, kandungan asam amino teripang yang lengkap juga memperkuat kekebalan tubuh sehingga ketahanan terhadap penyakit seperti kanker dan tumor kian meningkat. (Vina Fitriani). Info pemesanan

Senin, 02 Januari 2012

2 januari 2012, Makassar

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFERTILITAS PADA WANITA

Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan sanggama secara teratur, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun.
Berdasarkan studi epidemiologi, kurang lebih 10% dari pasangan suami istri gagal memperoleh keturunan dalam kurun satu tahun usia pernikahan mereka. Sekitar 50% dari pasangan tersebut akan berhasil memperoleh keturunan setelah 2 tahun menikah.
Pada kondisi yang normal, kemungkinan seorang wanita, dengan siklus haid teratur setiap bulan, untuk menjadi hamil adalah sekitar 30%. Dan ketika kehamilan telah terjadi, hanya 50%-60% saja yang akan berhasil mencapai usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Proses reproduksi memerlukan suatu proses interaksi yang seimbang antara pasangan suami-istri. Sampai saat ini diketahui bahwa penyebab infertilitas adalah multifaktorial. Baik faktor istri maupun faktor suami masing-masing menyumbangkan 40% dari penyebab infertilitas. Sedangkan sisanya sebesar 20% disebabkan oleh hal-hal yang masih belum diketahui secara pasti.
Proses reproduksi manusia dipengaruhi hal-hal seperti :
  1. Ovulasi, yaitu lepasnya oosit dari folikel di ovarium
  2. Produksi spema yang adekuat
  3. Transport normal sel gamet di dalam saluran tuba fallopii
  4. Transport embrio di dalam saluran tuba menuju tempat implantasi di rongga uterus.
Terutama terkait dengan wanita, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas pada wanita.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
  1. Faktor usia
Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkin wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya. Kejadian abortus juga meningkat ketika kehamilan terjadi pada ibu yang sudah berumur. Wanita dengan rentang usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2 kali lebih besar dari pada wanita dengan rentang usia antara 35-39 tahun.
Pada tabel dibawah ini akan terlihat besarnya kesempatan bagi seorang wanita untuk hamil dikaitkan dengan faktor usia.
Tabel 1. Kesempatan hamil wanita terhadap faktor usia.
Usia wanita 
Kesuburan (%) 
Sampai dengan usia 34 tahun 
90 % 
35 – 40 tahun 
Menurun menjadi 67 % 
41 – 45 tahun  
Menurun menjadi 15 % 

 
  1. Faktor berat badan dan aktivitas olah raga yang berlebihan
Walaupun sebagian besar hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, namun 30% estrogen tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan yang berlebih (over weight) atau mengalami kegemukan (obesitas), atau dengan istilah lain memiliki lemak tubuh 10%-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom yaitu sindrom ovarium poli kistik (SOPK). Sindrom ini juga terkait erat dengan resistensi insulin dan diabetes melitus.
Disamping berat badan yang berlebih maka berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohidrat, lemak dan protein sangat diperlukan untuk pembentukkan hormon reproduksi, sehingga pada wanita kurus akibat asupan gizi yang sangat kurang akan mengalami defisiensi hormon reproduksi yang berakibat terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut. Wanita-wanita yang sering mengalami masalah dengan asupan gizi tersebut sering kali terkait dengan hal-hal dibawah ini:
  1. anoreksia nervosa atau bulimia
  2. vegetarian yang fanatik
  3. pelari maraton dan penari profesional
  1. Gaya hidup.
  • Merokok dapat menjadi salah satu penyebab infertilitas. Disamping itu penyalahgunaan obat narkotika juga dapat menurunkan produksi hormon reproduksi.
  • Alkohol telah pula terbukti menjadi penyebab kegagalan proses implantasi.
  1. Faktor lingkungan
Beberapa zat polutan seperti ftalat atau dioxin saat ini dicurigai memiliki kaitan yang erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis terutama bagi wanita yang tinggal di daerah perkotaan.
  1. Depresi dan kejadian infertilitas
Sudah banyak penelitian yang melaporkan bahwa kejadian stress psikis sangat terkait erat dengan peningkatan produksi corticotropin releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap produksi hormon reproduksi.

 
Penyebab infertilitas sangat banyak sekali dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul yang disebabkan infeksi beberapa kuman patogen sudah dilaporkan menjadi salah satu penyebab utama infertilitas. Kuman patogen yang seringkali menjadi penyebab infertilitas adalah:
  • Klamidia trakomatis
  • Neseria gonore
  • Bakterial vaginosis
  • Tuberkulosis
Gejala penyakit radang panggul tidak selalu tampil dalam bentuk akut, namun seringkali hanya tampil dalam bentuk infeksi subklinik yaitu hanya dalam bentuk nyeri panggul yang ringan saja yang disertai dengan keputihan yang tidak terlampau banyak. Infeksi kuman patogen ini dapat menyebabkan kerusakan terutama pada tuba fallopii sehingga menimbulkan infertilitas.
Disamping disebabkan oleh bakteri, maka keputihan di vagina dapat disebabkan oleh jamur kandida.
  1. Endometriosis
Endometriosis memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas. Kurang lebih 30-50% wanita dengan endometriosis adalah infertilitas dan hampir 80% wanita dengan infertilitas ternyata menderita endometriosis. Disamping terkait dengan infertilitas, endometriosis juga terkait erat dengan nyeri panggul, nyeri haid dan nyeri sanggama. Endometriosis dapat tampil dalam bentuk kista endometriosis pada ovarium atau susukan endometriosis dalam rongga peritoneum yang seringkali disertai dengan perlekatan hebat didaerah rongga panggul.
Kaitan langsung endometriosis dengan infertilitas dapat terjadi jika susukan endometriosis atau kista endometriosis mendesak tuba fallopii sehingga menghambat bertemunya sperma dan ovum. Susukan endometriosis juga dapat tumbuh di ovarium sehingga menghambat terjadinya ovulasi. Endometriosis stadium berat juga dapat menimbulkan perlekatan berat di rongga panggul sehingga menyebabkan distorsi dari tuba fallopii.
Teori penyebab terjadinya endometriosis sangat banyak sekali, namun secara garis besar dapat disebabkan oleh kerusakan pada faktor genetik, faktor endokrin, faktor imunitas dan faktor mekanik. Saat ini diketahui pula bahwa zat polutan seperti dioxin dapat pula menjadi penyebab terjadinya endometriosis.
  1. Sindrom Ovarium Polikistik
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan suatu kondisi pada wanita yang ditandai dengan oligo-ovulasi/an-ovulasi, gambaran polikistik pada ovarium, yang dapat disertai dengan adanya baik gejala klinik maupun laboratorik dari hiperandrogenism. Akibat adanya oligo-ovulasi/an-ovulasi maka kadar progesteron pada pasien ini akan selalu rendah dan pasien seringkali datang dengan keluhan sering tidak mendapat haid. Kadar androgen yang relatif tinggi didalam sirkulasi darah dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan seperti obesitas, banyak jerawat, tumbuh banyak bulu/rambut, suara berat dan klitoris yang membesar.
SOPK juga memiliki kaitan erat dengan resistensi insulin dan diabetes melitus.
  1. Menopause prekoks atau kegagalan ovarium dini
Menopause prekoks atau menopause dini dapat terjadi ketika fungsi ovarium menurun atau berkurang ketika wanita berusia kurang daripada 40 tahun. Pada kasus kegagalan ovarium dini, kemungkinan bagi wanita untuk hamil spontan hanya terjadi sebesar 5-10% saja. Kegagalan ovarium dini dapat terjadi akibat radiasi, kemoterapi, kelainan genetik, penyakit autoimun, kelainan kromosom dan sebagainya.
  1. Myoma uteri
Myoma uteri merupakan tumor jinak yang tumbuh di miometrium. Myoma uteri dapat menyebabkan infertilitas jika terletak pada tempat-tempat tertentu yang sangat penting bagi sebuah proses kehamilan seperti mengganggu lapisan endometrium yang penting untuk implantasi embrio, menyumbat saluran tuba fallopii, merubah bentuk uterus menjadi tidak normal, mempengaruhi letak serviks sehingga menghambat masuknya sperma kedalam uterus.
  1. Hiperprolaktinemia
Pada kondisi normal, prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipofisis diperlukan untuk membantu proses pertumbuhan kelenjar payudara dan sekaligus berperan penting pada produksi air susu ibu (ASI). Pada kondisi tertentu misalkan terdapat tumor tumbuh di kelenjar hipofisis (prolaktinoma), maka prolaktin akan diproduksi berlebihan sehingga menimbulkan penekanan terhadap sekresi gonadotropin sehingga terjadi gangguan proses ovulasi. Disamping itu, suatu kondisi hipotiroidism atau penggunaan obat kontrasepsi oral atau obat antipsikotik, dapat menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin. Jika seorang wanita mengeluarkan ASI dari payudara tanpa ada kaitannya dengan kondisi menyusui (galaktore), maka perlu difikirkan adanya peningkatan kadar prolaktin di dalam darah.
  1. Faktor lain
Terdapat pula faktor lain yang terkadang dapat menjadi penyebab infertilitas.
Faktor tersebut adalah:
  • Kelainan tiroid. Produksi hormon tiroid yang berlebihan atau kekurangan, dapat menjadi penyebab gangguan siklus haid yang dapat menibulkan infertiltas kemudian.
  • Epilepsi. Penggunaan obat antiepilesi selama kehamilan dapat menyebabkan timbulnya kelainan kongenital bayi.
  • Infeksi usus/rongga abdomen. Infeksi usus seperti apendisitis, kolitis atau peritonitis dapat menjadi penyebab infertiltas pada wanita.
  • Penggunaan obat. Penggunaan obat tertentu seperti antidepresan, hormon, kortikosteroid, penghilang nyeri dan obat anti-psikotik dapat menyebabkan terjadinya infertiltas pada wanita.
  • Kehamilan ektopik. Jika terdapat kehamilan ektopik maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infertilitas, terlebih lagi jika tatalaksana kehamilan ektopik dilakukan secara tidak hati-hati atau terlambat dilakukan sesuatu.
Tahapan diagnostik yang dilakukan pada tatalaksana infertilitas wanita.
  1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Langkah pertama dari tatalaksana infertilitas wanita adalah melakukan anamnesis yang baik dalam rangka menggali informasi yang terkait dengan dengan infertilitas, seperti riwayat penyakit yang pernah diderita, gaya hidup (merokok, alkohol atau kopi), riwayat haid, riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat abortus yang sebelumnya, obat apa saja yang sedang/pernah diminum, riwayat penggunaan kontrasepsi dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut: faktor vagina, faktor serviks, faktor uterus, faktor endometrium, faktor tuba, faktor ovarium, faktor peritoneum, faktor imunologi dan faktor endokrinologi.
  1. Penentuan adanya ovulasi
Untuk menentukan adanya ovulasi, diperlukan suatu penilaian terhadap:
  • kadar progesteron pada fase mid-luteal sebuah siklus haid
  • pola suhu basal badan dalam kurun satu bulan
  • kadar LH di urin wanita
  • pengukuran diameter folikel ovarium pada fase pra-ovulasi dengan menggunakan ultrasonografi (USG) transvaginal.
  1. Pemeriksaan hormon reproduksi dan hormon lain
Pemeriksaan kadar hormon reproduksi memang diperlukan untuk mengetahui kelainan yang terkait dengan infertilitas. Untuk penentuan kadar follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), prolaktin dan 17β-estradiol dalam plasma, dilakukan pengambilan percontoh darah pada hari 3-5 dalam satu siklus haid, sedang untuk mengetahui kadar progesteron pada fase lutela madya dilakukan pengambilan percontoh darah pada hari ke 21 atau ke 22 dalam satu siklus 28-30 hari. Disamping itu jika diperlukan maka dapat pula pemeriksaan ditambahkan untuk hormon testosteron atau DHEA/DHEAS atau kortisol atau TSH, T3 bebas, T4 bebas, dan sebagainya.
Beberapa contoh kelainan yang dapat diperkirakan berdasarkan pemeriksaan hormon reproduksi antara lain adalah:
  • Jika dijumpai kadar FSH dan LH yang tinggi disertai kadar estradiol yang rendah maka kemungkinan terdapat menopause prekoks pada pasien ini.
  • Jika dijumpai kadar LH yang lebih tinggi daripada FSH maka kemungkinan pasien ini menderita sindrom ovarium polikistik.
  1. Jika diperkirakan telah terjadi insufisiensi fungsi ovarium maka dapat dilakukan uji klomifen (clomiphene challenge test/CCT), yaitu dengan cara memberikan klomifen sitrat pada hari ke 5-9 siklus haid, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar FSH pada hari ke 10 siklus haid. Kadar FSH yang tinggi pada hari ke 3 atau ke 10 siklus haid menunjukkan kemungkinan telah terdapat insufisiensi dari ovarium.
  2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan histerosalpingografi (HSG).
Pemeriksaan USG yang dilakukan terutama pada fase pra-ovulasi, dapat bermanfaat untuk mengetahui adanya kelainan uterus (misal: mioma, adenomiosis, uteus arkuatus, polip endometrium), kelainan ovarium (misal: fibroma, kista endometriosis, kista simpleks), kelainan tuba (misal: hidrosalping) atau perlekatan genitalia interna. Pemeriksaan HSG yang dilakukan pada hari ke 9 atau ke 10 siklus haid dapat bermanfaat untuk mengetahui kondisi uterus, rongga uterus, tuba fallopii dan patensi dan tuba fallopii.
  1. Pemeriksaan lain
Jika diperlukan maka seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan lain yang terkadang diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan yang terkait dengan infertilitas pada wanita, seperti pemeriksaan histeroskopi diagnostik, laparoskopi diagnostik atau pemeriksaan kromosom/genetik.

Sabtu, 17 Desember 2011

Contoh KTI BBLR


GAMBARAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RS. TK.II PELAMONIA MAKASSAR
TAHUN 2010



KARYA TULIS ILMIAH



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
Stikes Mega Rezky Makassar


OLEH :

RAHMAWATI
08 3145 106 089

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY
MAKASSAR  2011


PERNYATAAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH


GAMBARAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RS. TK.II PELAMONIA MAKASSAR MAKASSAR
TAHUN 2010

DISUSUN OLEH
RAHMAWATI
08 3145 106 089

Karya Tulis Ilmiah ini telah kami setujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah dihadapan Tim Penguji Program DIII Kebidanan Stikes Mega Rezky Makassar.


  Makassar, 04 Agustus 2011
Pembimbing

Syamsuriyati, S.ST.,SKM
NIDN.092 704 730 1


SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN
Dengan ini menyatakan :
Nama         :    Rahmawati
NIM           :    08 3145 106 089
Jurusan     :    DIII Kebidanan
Setuju untuk melakukan Ujian Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
GAMBARAN KEJADIAN BBLR DI RS PELAMONIA MAKASSAR TAHUN 2010
Pada  :
Hari / Tanggal             : Kamis  04 Agustus 2011
Jam                               : 09.00 wita
Tempat                         : Kampus Stikes  Mega Resky Makassar
Demikian surat persetujuan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Makassar,  04 Agustus   2011

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan                                                   Pembimbing KTI


Hj. Nurbajani T,S.Sit.,MM                                       Syamsuryati, S.ST.SKM
 NIDN :090 612 540 1                                                NIDN. 092 704 730 1

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh panitia ujian akhir dan tim penguji Akademi Kebidanan Stikes Mega Rezky Makassar yang dilaksanakan pada Tanggal 04 Agustus 2011

Tim Penguji


Pembimbing      :         Syamsuryati, S.ST.,SKM                                (                                )

Penguji 1           : Drs.Abd. Rahman, S.Spdi., M.Si               (                                )

Penguji 2           : Hj. Sumarni, S.ST.,SKM                            (                                )

Mengetahui

Ketua Jurusan Kebidanan
Stikes Mega Resky Makassar

Hj. Nurbajani T,S.Sit.,MM
NID: 090 612 540 1
BIODATA PENULIS

A.    IDENTITAS PENULIS
Nama                                      :    RAHMAWATI
Nim                                        :    08 3145 106 148
Tempat / Tanggal Lahir          :    Ujung PAndang, 04 Mei 1990
Jenis Kelamin                         :    Perempuan
Agama                                    :    Islam
Alamat                                   :    BSP. Jln. Pare – Pare 9 blok F /340
B.     RIWAYAT PENDIDIKAN
1.      Tamat SD Inpres maccini 1/1 Tahun 2002
2.      Tamat SLTP Muhammadiah 1 Disamakan Tahun 2005
3.      Tamat SMA Negeri 6 Makassar Tahun 2008
4.      Penulis sebagai Mahasiswa Stikes Mega Resky Makassar Prodi D-III Kebidanan pada tahun 2008 sampai 2011






                                  KATA PENGANTAR
     Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran kejadian BBLR di RS Pelamonia Makassar” adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di kademi kebidanan Stikes Mega Rezky Makassar. 
Berbagai hambatan yang dialami penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, namun dengan penuh kerendahan hati dan berkat dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya hambatan tersebut dapat diatasi dan penulis dapat menyelesaikannya.
Dengan selesainya penulisan Karya Tulis ini, penulis tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua Pihak yang telah berpartisipasi, terutama kepada :
1.      H. Alimuddin,SH,MH. Selaku Ketua BPH Yayasan Pendidikan  Islam Mega Rezky Makassar.
2.      Hj. Suryani, SH, MH. Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar.
3.      Dr.dr.H.Dwi Djoko Purnomo.MPH, Selaku Ketua STIKES Mega Rezky Makassar.
4.      Hj. Nurbajani T,S.Sit.,MM Selaku Ketua Jurusan D-III Kebidanan STIKES Mega Rezky Makassar
5.      Syamsuryati, S.ST Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan KTI  ini.
6.      Drs.Abd. Rahman,S.Pdi.,M.Si selaku penguji I yang senantiasa meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
7.      Hj. Sumarni, S.ST, SKM selaku penguji II yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
8.      Seluruh staf dan dosen pengajar STIKES Mega Rezky Makassar yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.
9.      Kepala RS.TK.II PELAMONIA MAKASSAR yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian beserta stafnya yang telah banyak membantu dalam pengambilan sampel.
10.  Terkhusus kepada orang tua, ayah handaku yang teramat saya hormati  IWAN NOPAR dan Ibunda  yang teramat saya sayangi NURHAYATI serta adik-adikku tercinta, SUDIRMAN, dan FATMAWATI yang saya banggakan terima kasih telah memberikan motivasi, doa, dan pengorbanan materi maupun non materi yang tak ternilai yang di berikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan
11.  Kepada sahabat – sahabat ku Vera Nevia Adisma, Marwah Nasir,  seluruk kelas III B  trimah kasih untuk motivasi masukan dan canda tawanya selama mengikuti pendidikan di Stikes Mega Rezky Makassar, dan Rekan - rekan mahasiswa angkatan 2008 yang tidak penulis sebutkan namanya satu - persatu atas trimah kasih atas segala bantuan dan masukannya. tanpa kalian semua saya tak mungkin bisa bersemangat melewati hari - hari tersulit selama pendidikan
           Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Untuk  itu penulis mengharapkan kritik dan Saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
            Akhirnya semoga apa saja yang penulis kerjakan mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT. Dan kepada semua pihak yang telah membantu Semoga Allah yang pemurah memberikan imbalan yang setimpal kepadanya. amin.

Makassar, 04 Agustus 2010
                                                                                                      Penulis












ABSTRAK



RAHMAWATI  08 3145 106 089. “Gambaran kejadian BBLR di RS. TK. II Pelamonia periode januari s/d Desember 2010” (dibimbing oleh Syamsuriyati, S.ST.) xiii + VI BAB + 31 Halaman + 4 Tabel + v Lampiran.


(6 Bab 31 halaman 5 lampiran)

Kejadian BBLR masih sangat tinggi di Negara berkembang ini, merupakan akibat rendahnya status social ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat sehingga kesadaran dan pemahaman mengenai kondisi dan kehamilannya masih sangat kurang, akibatnya dapat terjadi komplikasi pada bayi seperti akspiksia dan mengakibatkan meningkatnya mordibitas dan mortalitas terhadap bayi.
Dari 799 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Pelamonia Makassar Tahun 2010 ditemukan 722 orang atau 90,36 % persentase tertinggi adalah BBLN dan 77 orang atau 9,63 % presentase terendah adalah BBLR
Untuk mengetahui kejadian BBLR maka dilakukan penelitian bersifat deskriptif berdasarkan umur ibu, paritas, tingkat pendidikan ibu
Secara keseluruhan jumlah sampel sebanyak 77 orang atau 9,63% yang termasuk BBLR, hasil penelitian disimpulkan yang banyak ditemukan BBLR pada kelompok umur (20 – 35) tahun dan paling sedikit pada kelompok umur       (< 20 > 35) tahun. Sedangkan kejadian BBLR kelompok paritas( ≥ 4 )yang paling banyak dan paling sedikit pada kelompok paritas (1 – 3). Sedangkan kejadian BBLR menurut kelompok tingkat pendidikan ibu (Tamat SMA > sarjana) yang paling banyak dan paling sedikit pada kelompok (Tamat SMP < tidak tamat)


Kata Kunci               :    Kejadian BBLR
Daftar Pustaka         :    15 (2005 – 2010)








DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH...............
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN WAKTU UJIAN ...............
PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................
BIODATA......................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................
B.     Rumusan Masalah ...................................................................
C.     Tujuan Peneleitian ...................................................................
D.    Manfaat Penelitian ..................................................................
BAB II     TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1.      Pengertian BBLR.............................................................
2.      Klasifikasi BBLR
3.      Prognosis BBLR
B.     Tinjauan Faktor yang Berhubungan dengan Bayi Berat Lahir Rendah
1.      Umur Ibu..........................................................................
2.      Paritas ..............................................................................
3.      Tingkat Pendidikan ibu ...................................................
BAB III     KERANGKA KONSEP
A.    Dasar Pola Pikir Variabel yang Diteliti .................................
B.     Kerangka Konseptual   ..........................................................
C.     Definisi Oprasional  dan Kriteria Objektif.............................
BAB IV     METODE PENELITIAN 
A.    Jenis Penelitian .....................................................................
B.     Waktu dan Lokasi Penelitian ...............................................
C.     Populasi dan Sampel ............................................................
D.    Metode Pengumpulan Data .................................................
E.     Pengelolahan Dan Penyajian Data........................................
F.      Analisa Data ........................................................................
BAB V       HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian  ...................................................................
B.     Pembahasan .........................................................................
BAB VI      KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan.............................................................................
B.     Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                  
5.1       Distribusi Kejadian BBL di RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010     
5.2       Distribusi Kejadian BBLR Menurut Umur ibudi RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010         
5.3       Distribusi Kejadian BBLR Menurut Paritas Di Rumah Sakit Pelamonia MakassarTahun 2010
5.4       Distribusi Kejadian BBLR Menurut Tingkat Pendidikan Di Rumah Sakit Pelamonia MakassarTahun 2010























DAFTAR LAMPIRAN


No.
1.      Lampiran 1 Lembar Konsul
2.      Lampiran 2 Usulan judul KTI
3.      Lampiran 3 Rekomendasi Pengambilan Data
4.      Lampiran 4 Izin Pengambilan Data
5.      Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin dalam uterus, kualitas pengawasan Antenatal, penanganan persalinan dan perawatan setelah lahir. Kejadian bayi dengan berat badan yang rendah masih sangat tinggi di negara berkembang ini merupakan akibat rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat sehingga kesadaran dan pemahaman mengenal kondisi kehamilannya masih sangat kurang akibatnya dapat terjadi komplikasi pada bayi seperti asfiksia dan mengakibatkan meningkatnya mordibitas dan mortalitas terhadap bayi.
Data menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 berkisar 17 juta jiwa per tahun. Secara umum yang paling banyak mengalami BBLR adalah satah satunya Negara berkembang dimana angka kejadiannya berkisar 16% per tahun. Hal ini dapat terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai beberapa penyakit yang langsung berhubungan dengan kehamilan dan usia ibu. (Widness JA Neo Rev, 2000; 1: 261 - 267).
lndikator yang sangat penting untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan kesehatan di seluruh pelosok yaitu dengan melihat indikator Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Bayi (AKB) Negara tetangga seperti Thailand (129/100.000), Malaysia (30/100.000), Singapura (6/100.000) dan Indonesia 2 - 5 kali lipat lebih tinggi (52/1.000) kelahiran hidup. AKB salah satu barometer pelayanan kesehatan di suatu Negara bila hal ini masih tinggi berarti pelayanan kesehatan belum berhasil dan sebaliknya.
Angka kematian bayi menurut BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2007 sebanyak 26,9/1.000 kelahiran hidup, berarti setiap jam ada 18 bayi yang meninggal. Oleh karena itu Departemen Kesehatan Indonesia memberikan kesempatan setiap daerah untuk mengembangkan program kesehatan guna mencapai Indonesia Sehat tahun 2015 yaitu AKI 105/100.000 kelahiran hidup dan AKB 26/1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RS.TK.II Pelamonia Makassar tahun 2010 terdapat sekitar 799 bayi dari jumlah kelahiran hidup, dan jumlah diatas di dapatkan bayi yang mengalami BBLR sebanyak 77 orang (9,63%), sedangkan meninggal 5 orang (0,62%) karena BBLR.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah BBLR (Bayi Berat lahir Rendah) adalah melakukan Antenatal Care yang baik, istirahat yang cukup dan memperhatikan gizi dan makanan yang di konsumsi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “GAMBARAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT PELAMONIA PADA TAHUN 2010”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagai mana gambaran kejadian BBLR menurut umur ibu, paritas, dan  pendidikan ibu di RS. TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di  RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran tentang kejadian BBLR menurut Umur Ibu di RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010
b.      Untuk mengetahui gambaran tentang kejadian BBLR menurut paritas di RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010
c.       Untuk mengetahui gambaran kejadian BBLR menurut tingkat Pendidkan ibu di RS.TK.II Pelamonia Makassar Tahun 2010
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Praktis
Menentukan prioritas perencanaan program dan menentukan arah kebijakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Bayi Berat Lahir Rendah.
2.      Manfaat Ilmiah
            Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber  referensi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan bagi peneliti lain sebagai dasar atau pedoman pertimbangan, pembanding untuk peneliti tahap berikutnya.
3.      Manfaat Institusi
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
4.      Manfaat Bagi Peneliti
            Hasil penelitian ini merupakan suatu pengalaman berharga dalam rangka memperluas wawasan keilmuan khususnya mengenai Bayi Berat Lahir Rendah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1.      Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut Sarwono (tahun 2007), bayi berat badan rendah adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang atau sama
            Menurut pengajar IKA UI (2005) untuk mendapatkan keseragaman, pada Kongres European Perinatal Medician ke II di London (1970) definisi BBLR adalah:
a.       Bayi Kurang Bulan           :  Bayi dengan masa kehamilan kurang dari
   37 minggu (259 hari)
b.      Bayi Cukup Bulan            :   Iyalah bayi dengan masa kehamilan mulai 
    dari 37minggu sampai 42 minggu (259  
    hari sampai 293)
c.       Bayi lebih Bulan               :  Iyalah Bayi dengan masa kehamilan mulai
                                             42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
Sedangkan sarwono (2005) menjelaskan bahwa WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam 3 kelompok :
a.       Pre-term     : Kehamilan kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari
                    259 hari)
b.      Aterem       : Kehamilan mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
                      minggu lengkap (259 sampai 293 hari)
c.       Post-terem  : Kehamilan 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau
                      lebih)
2.      Klasifikasi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di bagi atas 2 golongan yaitu:
a.       Prematunitas
1)      Pengertian
Prematuritas adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dan 37 minggu dengan berat badan yang sesuai.(Wiknjosastro H,2007)
2)      Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala  bayi Prematur menurut Surasmi Asrining, dkk, tahun 2006 antara lain:
a)      Berat badan kurang dari 2500 gram
b)      Panjang badan kurang dari 45 cm
c)      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d)     Lingkar dada kurang dari 30 cm
e)      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f)       Jaringan lemak sempurna. Labia minora belum tertutup oleh Labia bayora pada bayi perempuan dan pada bayi laki-laki testis belum turun ke dalam Skrotum.
g)      Pernafasan sekitar 45-50 kali permenit
h)      Frekuensi Nadi 100 – 140  kali permenit. (Saifuddin AB, 2009)
3)      Penyebab Prematuritas
Sampai sekarang penyebab terjadinya kelahiran premature belum diketahui. Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi terjadinya kelahiran premature, yaitu:
a)      Faktor Ibu
(1)   Malnutrisi
(2)   Jarak dua kelahiran yang terlalu dekat
(3)   Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
(4)   Penyakit jantung atau penyakit kronik lainnya
(5)   Melahirkan anak ≥ 4
b)      Faktor Janin
(1)    Cacat bawaan
(2)     Kehamilan ganda
(3)     lnfeksi dalam rahim
c)      Faktor Placenta
(1)   Palacenta Prefia
(2)   Solusio Placenta.(Surasmi A, dkk,2006)
4)      Komlikasi
a)      Sindrom gangguan pernapasan indiopatik (penyakit membranhialin).
b)      Pneumonia aspirasi, karena refleks batuk dan menelan belum sempurna.
c)      Pendarahan spontan pada fertikel otak lateral, akibat anoksia otak.
d)     Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.
e)      Hipotermia. (Wiknjosastro H,2007)
5)      Penatalaksanaan
Meningkat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan , perkembangan dan penyesuaian diri dengan Iingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu badan, makan bayi dan menghindari infeksi.
a)      Pengaturan suhu badan bayi prematuritas
Bayi prematuritas mudah dan cepat sekali kehilangan panas dan menjadi hipotermia. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang reatif Iebih luas dibanding dengan berat badan, kurangnya panas badan belum berfungsi dengan baik. OIeh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.(Manuaba, 2008)
b)      Makanan bayi prematuritas
Pada bayi premature refleks mengisap, menelan dan bentuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/hari berat badan dapat meningkat dan tinggi kalori (110 kal/kg berat badan/hari). Jumlah ini lebih tinggi dan yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia hyperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama, harus didahului dengan menghisap cairan lambung untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusui pada ibunya sedangkan bayi dengan berat kurang dari 1500 gram, kurang mampu menghisap sehingga pemberian minum melalui sonde lambung. Dengan refleks menghisap yang masih lemah maka pemberian minum sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang Iebih sering.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama sehingga ASIlah yang paling dahulu diberikan. ASI sangat mudah diterima oleh bayi. Kualitas ASI pada bayi premature mengandung kalori tinggi, ini disebabkan karena kadar lemak lebih tinggi (±25%) dibanding Air Susu Ibu yang mempunyai bayi matur. Bila faktor mengisap kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan Sonde Lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 – 60 cc/kg BB/hari. (Manuaba, 2008).
c)      Menghindari infeksi
Menghindari infeksi bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukannya belum sempurna. OIeh karena itu upaya prefentif sudah dilakukan sejak pengawasan Antenatal Care sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas. (Manuaba, 2008).
Tindakan aseptic dan antiseptic dapat mencegah terjadinya infeksi terutama infeksi silang, karena itu pada bayi petugas perlu disadarkan akan bahaya infeksi pada bayi, selanjutnya perlu:
1)      Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi  dengan bayi yang tidak terkena infeksi.
2)      Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi.
3)      Membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah dipakai.
4)      Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu.
5)      Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri.
6)      Kalau memungkinkan bayi dimandikan ditempat tidurya masing-masing dengan perlengkapan sendiri.
7)      Setiap petugas di bangsal bayi harus memakai pakaian yang telah disediakan.
8)      Petugas yang menderita penyakit menular harus dilarang merawat bayi.
9)      Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan  sebersih-bersihnya.
10)  Para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca. (Wiknjosastro H, 2007).
b.      Dismaturitas
1)      Pengertian
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu. Dengan definisi tersebut, dismaturitas dapat menjadi preterm, aterm atau posterm (Surasmi Asrining,dkk, 2006).
2)      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala klinis yang tampak sangat bervariasi karena dismatur dapat menjadi preterm, aterm dan posterm. Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi premature ditambah dengan gejala retardasi pertumbuhan dan pelusitan. Pada bayi cukup bulan dan posterm dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah pelusitan.
3)      Penyebab Dismaturitas
Faktor yang dapat menimbulkan dismaturitas janin atau IUGR diantaranya:
a)      Faktor Ibu
(1)   Malnutrisi
(2)   Penyakit ibu: Hipertensi, Penyakit paru-paru, Eklamsi.
(3)   Komplikasi hasil: Preklamsi, Eklamsi, Pendarahan Antepartum.
(4)   Kebiasaan ibu: Merokok, peminum alkohol.
b)      Faktor Uterus dan Placenta
(1)   Gangguan pembuluh darah
(2)   Gangguan insersi tali pusat
(3)   Kelainan bentuk placenta
(4)   Perkapuran placenta
c)      Faktor Janin
(1)   Kelainan kromosom
(2)   Hamil ganda
(3)   lnfeksi dalam rahim
(4)   Cacat bawaan. (Surasmi A, dkk. 2006)
4)      Komplikasi Dismaturitas
a)      Sindrom Aspirasi Mekonium
Keadaan hipoksia intra uterine akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam vetus, mekonium dan akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amniom, cairan yang mengandung mekonium itu masuk kedalam paru janin karena inhalasi. Pada saat bayi lahir akan menderita gangguan pernapasan.
b)      Hipoglikemia Simptomatik
Penyebab belum jelas tapi mungkin sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas.
c)      Asfiksia Neonatorum
d)     Penyakit membran hialin
Hal ini karena sulfaktan paru belum cukup terutama bila masa gestasi kurang dari 35 minggu.
e)      Hiperbilirubinemia
Mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati (Surasmi A,dkk.2006)
5)      Penatalaksanaan Dismaturitas
a)      Harus diberikan makanan dini untuk menghindari terjadi hipoglikimia kadar gula harus diperiksa setiap 8- 12 jam.
b)      Frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam pertama selalu diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium.
c)      Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentang terhadap infeksi akibat pemindahan lagi dari ibu kejadian ini terganggu.
d)     Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi hipotermia. Hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak sub kutan kurang. (Hasan R, 2007.)
3.      Prognosis BBLR